“Eh dipanggil tuh sama Guru Seni,
katanya penting,” teriak salah seorang kawanku. Segera kulangkahkan kakiku yang
malas ini.
“Permisi, ada apa Bu memanggil
saya?” tanyaku saat memasuki ruang guru.
“Begini Ras, Ibu mendapat undangan untuk
mengikuti lomba melukis dalam rangka hari air. Persyaratannya 1 orang putra dan
1 orang putri,kamu berminat nggak?” tanya Bu Silvi.
Aku kebingungan,karena aku tak
tahu siswa putra disekolah yang pandai mendesain poster sepertiku.
“Ras? Kok melamun? Ibu sedang
bertanya sama kamu,” kata Bu Silvi.
“Maaf bu, Saya berminat
mengikuti,tetapi saya tidak tahu siswa putra yang pandai melukis,”jawabku.
“Baiklah,nanti akan Ibu coba
carikan. Terima kasih ya Din,”balas Bu Silvi.
Ada rasa yang mengganjal dalam
hatiku. Bingung siapa yang akan menemaniku mengikuti lomba itu,apalagi harus
laki – laki. Apalagi aku sulit bergaul dan sering dipanggil “mata empat” karena
aku memakai kacamata dengan minus yang cukup tinggi.
Setelah bel berbunyi aku bergegas
meninggalkan sekolah menuju ke markas favoritku. Toko buku. Itu adalah markas
tempatku menongkrong sambil mengabaikan sejenak hiruk pikuk kehidupan ini.
Pandanganku tertuju pada sampul kuning yang berada di pojok dari posisiku
berada.
“Yes masih ada!” kataku gembira. Segera
aku memeriksa dana yang tersisa disakuku.
“Sial! kurang dua ribu rupiah!” gumamku
kesal.
Tiba – tiba seorang pria
mengambil buku itu dengan santai. Kupandangi
wajahnya dalam – dalam yang tanpa
bersalah itu.
“Ada apa? Gua ganteng ya,kok
sampai serius banget natapnya,” sahutnya dengan wajah tak tahu diri.
“PD banget sih lu! Udah ngambil
buku orang,muji diri sendiri lagi!” balasku dengan emosi.
“Ngambil buku orang? Maaf ya buku
ini ada disana bukan ditangan orang,” balasnya.
“Iya,tapi kan ….,” ucapanku
terputus karena ia sudah bergegas meninggalkanku.
Aku hanya diam dan tak berkutip
sedikit pun. Setelah itu aku bergegas meninggalkan toko buku itu dengan
perasaan kesal dan tak keruan. Ingin rasanya kumaki laki – laki itu. Aku masih
saja memikirkan kejadian tadi siang. Jam sudah menunjukkan pukul satu lebih
lima belas menit,sudah terlalu larut malam dan aku masih terpaku memikirkan
kejadian tadi siang. Lagi – lagi aku memikirkan laki – laki tak tahu diri itu.
Sudah jatuh tertimpa tangga pula.
Peribahasa yang sangat cocok untuk keadaanku sekarang. Pagi ini aku terlambat
masuk sekolah dan tak sengaja menumpahkan jus ke baju Ria “Si Kejam” ketua cheers di sekolah kami. Dan yang lebih
mengejutkan, Bu Silvi tiba – tiba saja memangilku tanpa sebab. Ternyata
perlombaan dimajukan dan aku belum persiapan apapun. Aku hanya pasrah
menggunakan alat seadanya dan berharap bisa melakukan yang terbaik.
“brukkk....,”tak sengaja seorang laki – laki menabrakku.
“Lu,bukannya yang ditoko buku itu
kan? Ikutan lomba? Hebat juga,”katanya.
Aku tak membalas,lalu kubereskan
barang bawaanku yang terjatuh.
“Sini gua bantu!”,katanya
kemudian.
“Gak usah,gua bisa!” jawabku.
“Bawel lu!” hentaknya padaku.
Aku hanya terdiam dan bergegas
menuju ruangan untuk lomba. Sial! Aku bertemu laki – laki itu lagi. Perlombaan
berlangsung dan aku tak yakin bisa mendapat juara. Tak terasa pengumuman
pemenang, dan aku tak menyangka menyabet 3 besar. Dan laki – laki itu,ternyata
bernama Daniel ia sangat hebat mendapat juara 1. Aku heran, laki – laki seperti
dia bisa menjadi yang pertama.
“Selamat ya,lu hebat!” sapaku
padanya.
“Eh makasih. Btw,nama lu Laras ya? Kemarin waktu ditoko buku gua nemuin ini,gua
takjub sama gambar – gambar lu. Gua mau balikin ke lu,eh lunya udah pergi aja
jadinya gua bawa buku ini kemana – mana siapa tau ketemu sama pemiliknya. Dan
ini buku yang waktu itu lu pengen beli kan? Sekarang udah jadi milik lu” balasnya
dengan senyuman.
Pantas saja aku merasa ada yang
kurang,buku sketsaku terjatuh ditoko buku.
“Ma…Makasih banyak. Iya gua
Laras. Maaf waktu itu gua udah ngatain lu,sekali lagi maaf”,balasku dengan
menunduk bersalah
“Yaelah, nyatai aja kali. Gua tau
lu orangnya baik,keliatan kok dari gambar – gambar lu. Tapi sayang gua ketemu
lu pas…… Hahaha,” katanya sambil tertawa lebar.
Aku hanya tersenyum dengan pipi
bakpau yang memerah.
“Eh gua harus balik nih,udah
dicariin orang rumah. Lu ada line
gak? Minta dong!” sambungnya.
“Ada. Laras Putri A,gak pake
spasi hurufnya kecil semua,” jawabku.
“Buset dah panjang amat! Udah masuk
tuh,see you next time Ras!” pamitnya
dan meninggalkanku.
Aku merasa seperti mimpi. Tak
kusangka bisa bertemu dan bertatap muka dengan laki – laki yang kuanggap
sombong itu. Aku merasakan sesuatu dalam diriku,jantungku berdebar – debar.
Apakah ini yang namanya jatuh cinta? Biarlah takdir yang menjawab.
#miki
Tidak ada komentar:
Posting Komentar