Selasa, 21 April 2015

Di Luar Dugaan


“Eh dipanggil tuh sama Guru Seni, katanya penting,” teriak salah seorang kawanku. Segera kulangkahkan kakiku yang malas ini.

“Permisi, ada apa Bu memanggil saya?” tanyaku saat memasuki ruang guru.

“Begini Ras, Ibu mendapat undangan untuk mengikuti lomba melukis dalam rangka hari air. Persyaratannya 1 orang putra dan 1 orang putri,kamu berminat nggak?” tanya Bu Silvi.

Aku kebingungan,karena aku tak tahu siswa putra disekolah yang pandai mendesain poster sepertiku.

“Ras? Kok melamun? Ibu sedang bertanya sama kamu,” kata Bu Silvi.

“Maaf bu, Saya berminat mengikuti,tetapi saya tidak tahu siswa putra yang pandai melukis,”jawabku.

“Baiklah,nanti akan Ibu coba carikan. Terima kasih ya Din,”balas Bu Silvi.

Ada rasa yang mengganjal dalam hatiku. Bingung siapa yang akan menemaniku mengikuti lomba itu,apalagi harus laki – laki. Apalagi aku sulit bergaul dan sering dipanggil “mata empat” karena aku memakai kacamata dengan minus yang cukup tinggi.

Setelah bel berbunyi aku bergegas meninggalkan sekolah menuju ke markas favoritku. Toko buku. Itu adalah markas tempatku menongkrong sambil mengabaikan sejenak hiruk pikuk kehidupan ini. Pandanganku tertuju pada sampul kuning yang berada di pojok dari posisiku berada.

“Yes masih ada!” kataku gembira. Segera aku memeriksa dana yang tersisa disakuku.

“Sial! kurang dua ribu rupiah!” gumamku kesal.

Tiba – tiba seorang pria mengambil buku itu dengan santai. Kupandangi  wajahnya dalam – dalam  yang tanpa bersalah itu.

“Ada apa? Gua ganteng ya,kok sampai serius banget natapnya,” sahutnya dengan wajah tak tahu diri.

“PD banget sih lu! Udah ngambil buku orang,muji diri sendiri lagi!” balasku dengan emosi.

“Ngambil buku orang? Maaf ya buku ini ada disana bukan ditangan orang,” balasnya.

“Iya,tapi kan ….,” ucapanku terputus karena ia sudah bergegas meninggalkanku.

Aku hanya diam dan tak berkutip sedikit pun. Setelah itu aku bergegas meninggalkan toko buku itu dengan perasaan kesal dan tak keruan. Ingin rasanya kumaki laki – laki itu. Aku masih saja memikirkan kejadian tadi siang. Jam sudah menunjukkan pukul satu lebih lima belas menit,sudah terlalu larut malam dan aku masih terpaku memikirkan kejadian tadi siang. Lagi – lagi aku memikirkan laki – laki tak tahu diri itu.

Sudah jatuh tertimpa tangga pula. Peribahasa yang sangat cocok untuk keadaanku sekarang. Pagi ini aku terlambat masuk sekolah dan tak sengaja menumpahkan jus ke baju Ria “Si Kejam” ketua cheers di sekolah kami. Dan yang lebih mengejutkan, Bu Silvi tiba – tiba saja memangilku tanpa sebab. Ternyata perlombaan dimajukan dan aku belum persiapan apapun. Aku hanya pasrah menggunakan alat seadanya dan berharap bisa melakukan yang terbaik.

brukkk....,”tak sengaja seorang laki – laki menabrakku.

“Lu,bukannya yang ditoko buku itu kan? Ikutan lomba? Hebat juga,”katanya.

Aku tak membalas,lalu kubereskan barang bawaanku yang terjatuh.

“Sini gua bantu!”,katanya kemudian.

“Gak usah,gua bisa!” jawabku.

“Bawel lu!” hentaknya padaku.

Aku hanya terdiam dan bergegas menuju ruangan untuk lomba. Sial! Aku bertemu laki – laki itu lagi. Perlombaan berlangsung dan aku tak yakin bisa mendapat juara. Tak terasa pengumuman pemenang, dan aku tak menyangka menyabet 3 besar. Dan laki – laki itu,ternyata bernama Daniel ia sangat hebat mendapat juara 1. Aku heran, laki – laki seperti dia bisa menjadi yang pertama.

“Selamat ya,lu hebat!” sapaku padanya.

“Eh makasih. Btw,nama lu Laras ya? Kemarin waktu ditoko buku gua nemuin ini,gua takjub sama gambar – gambar lu. Gua mau balikin ke lu,eh lunya udah pergi aja jadinya gua bawa buku ini kemana – mana siapa tau ketemu sama pemiliknya. Dan ini buku yang waktu itu lu pengen beli kan? Sekarang udah jadi milik lu” balasnya dengan senyuman.

Pantas saja aku merasa ada yang kurang,buku sketsaku terjatuh ditoko buku.

“Ma…Makasih banyak. Iya gua Laras. Maaf waktu itu gua udah ngatain lu,sekali lagi maaf”,balasku dengan menunduk bersalah

“Yaelah, nyatai aja kali. Gua tau lu orangnya baik,keliatan kok dari gambar – gambar lu. Tapi sayang gua ketemu lu pas…… Hahaha,” katanya sambil tertawa lebar.

Aku hanya tersenyum dengan pipi bakpau yang memerah.

“Eh gua harus balik nih,udah dicariin orang rumah. Lu ada line gak? Minta dong!” sambungnya.

“Ada. Laras Putri A,gak pake spasi hurufnya kecil semua,” jawabku.

“Buset dah panjang amat! Udah masuk tuh,see you next time Ras!” pamitnya dan meninggalkanku.

Aku merasa seperti mimpi. Tak kusangka bisa bertemu dan bertatap muka dengan laki – laki yang kuanggap sombong itu. Aku merasakan sesuatu dalam diriku,jantungku berdebar – debar. Apakah ini yang namanya jatuh cinta? Biarlah takdir yang menjawab.



#miki


Tidak ada komentar:

Posting Komentar