Kalimantan juga banyak umat muslim. Terutama di Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan. Hampir di setiap sekolah negeri mewajibkan siswa siswinya menggunakan seragam panjang. Di tempat aku bersekolah,siswa siswi yang non muslim terutama perempuan wajib memakai seragam panjang. Aku bersekolah di SMP Negeri 5 Samarinda. Di sekolahku, hanya ada 19 orang yang beragama Katolik, mulai dari kelas 7-9. Kami merupakan minoritas,karena mayoritas yang bersekolah di sekolah Negeri adalah yang beragama muslim.
Di sekolah,kami susah untuk mendapatkan pelajaran agama. Aku sendiri hampir 2tahun tidak belajar agama. Pernah sesekali belajar,dan itupun yang mengajar bukan guru agama,melainkan guru bidang studi lain yang beragama Katolik. Menjadi siswi yang minoritas,tidak membuatku minder ataupun malu,malah aku ingin bergaul dan memahami agama mereka. Aku masuk sekolah negeri tidak dipaksa,melainkan keinginan sendiri, karena sejak kecil aku sudah terbiasa hidup dalam perbedaan agama.
Saat ini aku duduk di kelas 9,dan baru semester 2 ini mendapatkan pelajaran agama katolik. Orang tuaku sudah menyarankan aku belajar agama di gereja,tetapi sekolah selalu bilang ada guru yang akan mengajar di sekolah. Sempat merasa kesal,dan aku sering di tanyai, "kamu nggak belajar agama?". Aku hanya bisa menjawab seadanya,karena memang keterbatasan guru agama katolik di sekolah membuat aku jarang bisa belajar.
Di gereja,aku mengikuti kegiatan yaitu sebgai Misdinar. Misdinar itu adalah pelayan altar,tugasnya membantu pastor saat misa di gereja,dan lain - lain. Aku ikut Misdinar sejak kelas 4 sd,setelah penerimaan sakramen komuni. Kegiatan di misdinarlah yang menjadi daya tarikku untuk bisa aktif di sekolah.
Saat ulangan tengah semester,aku mengikuti ulangan agama. Aku berfikir soal - soal yag keluar berupa ayat - ayat alkitab,ternyata tidak juga. Ada beberapa yang keluar namu tidak sulit,sisanya merupakan kehidupan menggereja. Untung saja aku aktif di gereja sebagai misdinar,jadi pertanyaan yang keluar masih berhubungan dengan misdinar.
Aku sangat sedih dan kesal saat pembagian hasil ulangan tengah semester. Karena nilai agamaku tidak ada alias kosong. Aku sangat - sangat sedih,teman - temanku yang bergama non muslim di kelas juga tidak ada nilainya. Lalu, Orang Tuaku menelpon kepala sekolah, kenapa bisa - bisanya nilai agama tidak ada padahal kami sudah di beritahu hasil ulangan kami.
2 hari kemudian, wakil kepala sekolah datang ke kelasku dan memberi hasil sebenarnya. Untuk saja bisa dirubah,kalau tidak?. Semua itu sudah lama terjadi. Saat ini aku sudah mendapatkan guru agama katolik yang baru,aku dan teman - teman bisa mendapatkan pengajaran seperti anak - anak bergama katolik lainnya.
Aku ingat sekali ayat dari Injil Matius 5:13 - 15 yag berisi :
"Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan?
Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang.
Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak
mungkin tersembunyi. Lagipula orang tidak akan menyalakan pelita lalu
meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga
menerangi semua orang di dalam rumah"
Jadi, walaupun kita merupakan minoritas,tetapi kita bisa merubah dari yang buruk menjadi baik dan yang baik menjadi lebih baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar